Langsung ke konten utama

Postingan

CAKAP DALAM DUNIA DIGITAL

  Belakangan ini rasanya hidup lebih easy karena berbagai informasi yang sangat mudah didapat. Misal, jika ingin mencari resep masakan, mendengarkan musik yang digemari, melihat keseharian artis, mencari rumus matematika, menghubungi teman yang berbeda pulau sampai mencari cuan pun bisa. Atau hal lainnya yang ingin dilakukan sesuai dengan keinginan, semua bisa dilakukan.   Caranya pun sangat mudah. Cukup klik gawai pintar yang ada di genggaman, semuanya sudah bisa   diakses asal ada kuota dan tau cara penggunaannya. Dari anak-anak sampai lansia pun bisa mengakses informasi yang sesuai kehendak. Perkembangan teknologi dan banyaknya arus informasi tentu menguntungkan manusia yang menginginkannya. Hal ini tentu sangat membantu pekerjaan manusia dalam kehidupan. Lebih mudah dan lebih praktis serta efektif-efisien dalam melakukan suatu hal yang ada hubungannya dengan dunia digital.   Tapi, dibalik mudahnya akses informasi, kemuktahiran teknologi dan era digitalisasi ini tentu ada dampak ne

GEN-Z, GENERASI YANG DIREMEHKAN ATAU KEKUATAN MASA DEPAN?

  Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, sering kali menghadapi stereotip dan kritik dari generasi sebelumnya. Mereka dianggap malas, kurang fokus, dan terlalu bergantung pada teknologi. Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan-alasan di balik pandangan ini, menganalisisnya dari perspektif psikologi, dunia kerja, dan teknologi, serta menawarkan solusi untuk membangun pemahaman yang lebih baik antar generasi. Dari perspektif psikologi, stereotip negatif terhadap Gen-Z sering kali berakar pada fenomena yang dikenal sebagai "generation gap." Perbedaan nilai, budaya, dan kebiasaan antara generasi dapat menyebabkan ketidakpahaman dan penilaian yang tidak adil. Gen-Z tumbuh dalam era digital, di mana teknologi memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Generasi sebelumnya, yang mungkin tidak mengalami perubahan teknologi secepat ini, sering kali melihat ketergantungan pada teknologi sebagai kelemahan. Selain itu, Gen-Z sering kali dianggap memili

PENTINGNYA PERAN AYAH DAN UPAYA MENGATASI FENOMENA FATHERLESS

  Baru-baru ini sosial media dipenuhi dengan kabar duka meninggalnya Papa Dali. Bagi sebagian orang, beliau mungkin masih asing, tetapi tidak sedikit yang kenal dengan suami Jeniffer Coppen tersebut. Sosok alm. Papa Dali banyak diperbincangkan lantaran perannya sebagai suami dianggap jarang ditemui pada kebanyakan laki-laki di Indonesia. Menggendong, ikut serta menidurkan anak, menemani anaknya bermain, mengajari berenang, dan mendampingi aktivitas anaknya. Bahkan yang menyita perhatian adalah ketika ia membuat MPASI sembari menggendong anaknya. Bagi laki-laki dengan pola pikir patriarki, itu adalah hal aneh yang tidak sepatutnya dilakukan. Pasalnya, masyarakat kita masih berpikir bahwa laki-laki tugasnya mencari nafkah, urusan anak dan rumah dikembalikan pada perempuan. Apa yang dilakukan oleh Alm. Papa Dali kepada anak perempuannya tidak sepantasnya menjadi hal aneh, justru itu perlu menjadi contoh bagi seluruh ayah. Sebab, tuntunan Islam terkait relasi selalu menyasar pada dua pihak

MENEMUKAN KEMBALI DIRI SENDIRI DENGAN BERLARI

Tulisan ini sifatnya lebih kepada cerita pengalamanku pribadi yang akhirnya menemukan kembali diri sendiri lewat berlari. Menurut KBBI, lari adalah melangkah dengan kecepatan tinggi. Ada berbagai jenis lari yang kita ketahui dan kita pelajari, diantaranya; lari jarak pendek atau sprint , lari jarak menengah, dan lari jarak jauh. Kisah penemuan kembali diri sendiri ini berawal ketika aku yang mulai menyadari bahwa dalam keseharianku, aku jarang sekali melakukan olahraga. Aktivitas sehari-hari yang jarang sekali terpapar matahari, ditambah pekerjaan di dalam ruangan full AC dan di depan layar komputer membuat tubuh terasa sangat mudah lelah. Ini tentu juga berakibat pada pikiran yang mudah stres. Tidak jarang juga ada masa di saat kita merasa bahwa hidup terasa sangat berat dan berantakan, padahal ternyata mungkin jawabannya adalah karena kita hanya kurang olahraga. Ketika berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang fungsinya dapat mengurangi rasa nyeri dan memberikan ene

KESADARAN DIRI DAN KONTRIBUSI UNTUK IBU BUMI

  Dalam rangka perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di tanggal 5 Juni kemarin, penulis mengajak untuk mengingat bahwa bumi tempat kita berpijak sudah hadir dan hidup selama puluhan juta tahun lamanya. Ilmuwan telah memperkirakan Bumi berumur 4,54 miliar tahun atau kurang lebih 50 juta tahun ( Detik ). Karena itu, alih-alih menjadikan Hari Lingkungan Hidup sebagai perayaan, justru sebaliknya, ini harus menjadi momen berkesadaran bahwa usia bumi sudah setua itu. Menurut laporan Global Temperature ( Climate Council ) di tahun 2023, suhu bumi dalam sepuluh tahun terakhir merupakan yang 'terhangat' sepanjang sejarah.   Akibatnya yang mungkin sudah mulai dirasakan oleh banyak dari kita salah satunya adalah suhu yang terasa lebih panas dari sebelumnya dan iklim yang pergantiannya makin tidak bisa diprediksi. Berdasarkan laman resmi BMKG , sepanjang periode pengamatan tahun 1981 hingga 2023 di Indonesia, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C. Tahun 2