Perempuan mempunyai peran penting dalam penyebaran dakwah
sejak awal sejarah Islam. Perlu kita ketahui sebelumnya, bahwa sebagai seorang muslim kita
memiliki kewajiban untuk berdakwah. Kewajiban ini tidak hanya dibebankan oleh
kaum pria saja melainkan juga berlaku untuk kaum perempuan. Lalu bagaimana
peran perempuan ,baca: muslimah dalam berdakwah? orang yang pertamakali menjawab dakwah Rasulullah adalah seorang
perempuan, yaitu Istri Rasulullah yang bernama Siti khadijah. Ibunda Khadijah
adalah sebaik-baik peerempuan yang mendukung dakwah Rasulullah Saw. Kita
dapat melihat peran perempuan terkhususnya
dalam berdakwah menyerukan agama Allah. . Ia membantu dakwah Rasulullah dengan mendermakan seluruh
harta yang dimilikinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran dakwah bukan hanya sekadar
mensyi’arkan agama saja, melainkan juga dengan seberapa besar kontribusi yang
kita berikan agar dakwah dapat terus berjalan.
Ada tiga peran strategis yang bisa dilakukan seorang perempuan
dalam melakukan dakwah, diantaranya:
Pertama peran perempuan dalam pandangan Islam. Islam menempatkan perempuan pada
posisi yang sangat terhormatdan mulia ini karena perempuan memiliki tugas yang
tidak bisa dikerjakan oeh laki-laki contohnya mengandung, melahirkan dan
menyusui yang semua itu sudah menjadi kodrat dan mempertaruhkan nyawa dalam
perannya. Dalam menjalankan keewajibannya ini ada pahala dalam menjalani setiap
perannya. Islam pula tidak membedakan laki-laki dengan perempuan untuk urusan
dakwah seperti ber amar ma’ruf nahi mungkar. Islam mengatur hak yang sama dalam
berdakwah bagi seorang perempuan.
Ini semua termasuk dalam cakupan ayat:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar” (QS. At Taubah: 71).
Kedua peran perempuan
dalam rumah tangga memiliki peran yang kompleks yang secara garis besar
perannya adalah sebagai seorang ibu madrasatul ula (guru pertama), ummu
warobbatul bait (ibu pengatur urusan rumah tangga), sebagai seorang istri dan
sebagai seorang masyarakat.
Ketiga peran perempuan dalam dakwah yakni sesuai dengan kadar
kemampuannya dalam beramar ma’ruf nahi mungkar. Ia bisa berdakwah di rumahnya
bersama dengan para muslimah yang lain, atau di daerahnya atau juga melalui
media sosial yang semua itu dilakukan dengan tujuan untuk beramar ma’ruf nahi
mungkar. Tentunya dengan cara yang hikmah dan nasehat yang baik dan tetap
melazimi hijab yang syar’i, serta melazimi ketentuan-ketentuan batasan bagi muslimah
yang Allah syariatkan bagi mereka. Mereka juga boleh bersafar untuk dakwah jika
memang diharuskan untuk bersafar, namun wajib bersafar bersama mahram mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ
“Siapa yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak
orang lain kepada Allah?” (QS. Fushilat: 33).
Ayat ini berlaku untuk umum (mencakup perempuan juga). Karena
itulah dakwah adalah washilah yang mulia dan lebih baik karena mengajak manusia
kepada Allah. Ada 3 cara yang bisa dilakukan dalam berdakwah, yaitu: dakwah
billisan (dengan perkataan), bil Hal (perbuatan dan bilqolbun (hati baca
selemah-lemah iman).
Adanya perkembangan teknologi saat ini juga mendorong ada
perkembangan sosial media di mana pada zaman sekarang ini hampir semua orang
menggunakan sosial media. Sosial media dapat kita gunakan sebagai media kita
dalam berdakwah. Seperti membuat kontent-konten dakwah islami, Dalam hal ini
adanya kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya disesuaikan
dengan potensi, kemampuan serta cara yang dipilih untuk
berdakwah.
Perempuan
dapat menggunakan sosial media untuk membagikan ilmu-ilmu agama, kisah
inspiratif dengan catatan saring sebelum sharing agar tidak mengalami tsunami
informasi, apa yang kita bagikan harus memiliki landasan yakni: al-qur’an
dan hadits. Karena setiap perbuatan yang telah dilakukan semua akan dimintai
pertanggungjawabannya. Selain itu, salah satu peran strategis juga yang dapat
diambil kita dapat melakukan dakwah dalam
hal ini yang memiliki kemampuan menulis misalnya dengan menulis di media web, menulis
artikel atau membuat buku tentang ilmu agama.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa banyak peran strategis yang bisa dilakukan seorang perempuan dalam berdakwah, karena tidak ada alasan untuk berhenti berdakwah selama nafas masih ada. Semoga Nasyiatul Aisyiah yang bersimbul padi ini menjadi kendaraan dakwah amar makruf nahi munkar yang dapat memberikan dampak kebermanfaatan khususnya untuk para perempuan di manapun berada.
Oleh: Nuni Nuryamah,S.Pd.I (Ketua Departemen Dakwah PWNA Lampung)
Gambar: probonoaustralia.com.au
Komentar
Posting Komentar