Kesetaraan
gender telah lama menjadi isu hangat di masyarakat, dalam penanganannya
memerlukan kesadaran dari berbagai pihak mulai dari keluarga, masyarakat bahkan
pemerintah. Sebagian besar masyarakat masih menganut paham patriarki contohnya
dalam keluarga, perempuan hanya di anggap sebagai sumber tenaga domestik yang
tak dapat bayaran untuk melestarikan pekerjaan laki - laki (suami mereka) serta
melahirkan dan membesarkan anak - anak mereka, sehingga sebagian besar
kehidupan perempuan itu terbatas, alhasil di seluruh dunia perempuan
mengerjakan tugas yang dikaitkan dengan rumah tangga sedangkan laki - laki
mengambil alih peran di tengah masyarakat. Dengan demikian laki - laki
mendominasi kehidupan sebagai kaum yang mayoritas sedangkan perempuan sebagai
kaum yang minioritas. Seiring waktu berjalan serta kualitas pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat, serta ikut andilnya perempuan dalam
perubahan tersebut merubah stigma terhadap perempuan walaupun belum semua bisa
sepaham soal kesetaraan gender.
Perempuan Indonesia saat ini jelas telah mengalami kemajuan yang signifikan dan juga tidak dapat dipungkiri perempuan masa kini jauh lebih maju dan memiliki kesempatan atau akses yang jauh lebih luas untuk mengembangkan diri apalagi di era digitalisasi. Melihat perempuan menduduki jabatan strategis di sebuah kepemimpinan publik bukan menjadi hal yang mustahil. Masyarakat kita setidaknya sudah mulai terbiasa dengan pemimpin perempuan, Namun tidak bisa dipungkiri tantangan yang akan dihadapi perempuan dalam era disrupsi dihadapkan oleh VUCA (Volatilitiy, Uncertainty, Complexity Dan Ambiguity).
- Volatilitas ditandai dengan munculnya tantangan baru
yang penyebabnya sulit ditentukan. Tidak ada pola yang konsisten untuk
tantangan baru ini. Mereka berubah sangat cepat, Satu ancaman di dua tahun
lalu sekarang dapat digantikan oleh yang lain. Pada peristiwa ini tidak
tahu apa yang seharusnya menjadi penyebab masalahnya.
- Uncertainty atau ketidakpastian adalah tragedi tragis.
Kecemasan lingkungan adalah kondisi umum dalam dunia globalisasi yang suka
atau tidak suka menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dampak
lingkungan global cepat atau lambat akan terasa.
- Complexity atau kompleksitas dalam lingkungan VUCA
sulit untuk secara langsung memahami penyebab masalah. Interdependensi dan
interkoneksi dari berbagai peristiwa dapat saling mempengaruhi dan
menimbulkan permasalahan yang ada.
- Ambiguitas adalah faktor keempat dalam lingkungan VUCA.
Ambiguitas sama dengan “membingungkan atau menyesatkan”. Ini dapat
dibandingkan dengan melihat melalui kaca buram. Itu membuat sulit bagi
pengambil keputusan untuk melihat apa yang ada di sana. Ketika solusi yang
tampaknya benar diterapkan, kepastian mencapai hasil dianggap tidak dapat
diprediksi.
Melihat
beberapa problem di atas, tentunya perempuan harus mampu melewati tantangan
tersebut sebagai ujian baru, apakah perempuan bisa? Saya yakin bisa, karna
perempuan terbiasa melalui hal yang sulit, karna tingkat kepekaan akan
perubahan perempuan sangat sensitif oleh sebab itu formula yang harus dilakukan
oleh perempuan dengan menunjukkan kualitas dalam memimpinnya yaitu dengan
mengkombinasi antara ilmu pengetahuan, kerjasama tim dan, manajerial yang baik
tentu akan membuahkan inovasi yang mampu di terima oleh masyarakat secara luas.
Hidup
Perempuan Indonesia !
Jangan pernah menyerah
jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu
selangkah lagi untuk menang."
R.A. Kartini
Oleh: Olya Kartika (Ketua Departemen Kader)
Gambar: codemi.co.id
Editor: Nadiya
Komentar
Posting Komentar