Langsung ke konten utama

AKU TAK MAU TERSENYUM KALAU JADI KARYAMIN

 

Berikut ini sinopsis dari buku Senyum Karyamin:

Kumpulan cerita pendek ini berisi 13 cerpen Ahmad Tohari yang ditulis antara tahun 1976 dan 1986. Seperti dalam karya-karyanya terdahulu, dalam Kumpulan ini pun Tohari menyajikan kehidupan pedesaan dan kehidupan orang-orang kecil yang lugu dan sederhana. Dan sebegaimana dikatakan dalam Prakata, kekuatan Tohari “terletak pada latar alam pedesaan yang sarat dengan dunia flora dan fauna.” Selain itu, gaya Bahasa Tohari “lugas, jernih, tapi juga sederhana, disamping kuatnya gaya Bahasa metafora dan ironi.”

Deskripsi singkat buku

Judul Buku      : Senyum Karyamin

Pengarang       : Ahmad Tohari

Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Tahun Terbit   : 1989

Cetakan           : ke-10 tahun 2013

Tebal Buku     : 115 halaman

 

Tentang Penulis

Ahmad Tohari adalah seorang sastrawan Indonesia yang lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Ia menyelesaikan Pendidikan sekolah menengahnya di Purwokerto lalu pernah menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Ibnu Khaldun Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Soedirman Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di universitas yang sama pada 1975 sampai 1976.

Karya ternamanya adalah Ronggeng Dukuh Paruk yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa Bahasa seperti Jerman, Inggris dan Belanda. Karyanya yang berupa cerita pendek (cerpen) dengan judul “Jasa-jasa buat Sanwirya” memenangkan Golden Windmill Award pada 1975 yang diselenggarakan oleh Radio Nederlands Wereldomroep. Cerpen ini menjadi salah satu isi dari buku yang akan kita bahas dalam resensi kali ini.


Mengapa saya menyarankan buku ini?

 

Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena alurnya sederhana, juga karena bentuknya Kumpulan cerita sehingga dapat dinikmati dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan membaca novel. Meskipun rentang waktu saat buku ini ditulis sudah cukup lama, namun konflik yang muncul masih bisa terasa dekat dengan yang terjadi saat ini. Judul yang dimunculkan sekaligus sebagai cerita pertama buku ini mengisahkan tentang seorang penambang batu bernama Karyamin yang hidupnya sangat miskin. Hari itu dirinya harus menambang batu dengan perasaan khawatir karena istrinya di rumah sedang sakit. Ada hal lain yang lebih mengkhawatirkan karena hari itu, debt collector akan datang untuk menagih hutang ke rumah kecil mereka dan dia tahu sekali bahwa istrinya tidak akan mampu membayar hutangnya di hari yang sama, dan dirinya pun tidak punya kemampuan untuk mengulurkan bantuan, “Bahkan esok hari, atau lusa pun tidak bisa”. Tulis Ahmad Tohari untuk menggambarkan penderitaan kehidupan Karyamin.

 

Ironisnya, di akhir cerita, saat pulang dari menambang batu, Karyamin bertemu dengan Pak Pamong. Kedatangan Pak Pamong memang dengan sengaja menemui Karyamin untuk menagih uang donasi untuk membantu Masyarakat Afrika yang mengalami kelaparan. Menanggapi hal tersebut, Karyamin hanya bisa tersenyum lalu tertawa hingga terbahak-bahak. Pak Pamong merasa tersinggung dan menganggap perilaku Karyamin seperti menghina dirinya, namun apalah daya bagi Karyamin. Mengisi perutnya yang kosong dan lapar saja ia tidak mampu, maka bagaimanakah ia mampu membayarkan donasi?

 

Cerita Karyamin di atas hanyalah satu dari sekian kisah ironis yang disajikan Ahmad Tohari dalam 12 kisah pendek lainnya. Kita akan disuguhkan bagaimana kompleksnya problematika yang dihadapi oleh masyarakat kecil dan begitu banyaknya tugas yang harus diselesaikan untuk pelan-pelan mengurai kusutnya benang penderitaan masyarakat kecil. Memang secara tersurat tidak ada ajakan langsung untuk para perempuan agar memiliki kemampuan mengubah keadaan, namun dengan membaca buku ini setidaknya kita akan dihadapkan dengan keadaan yang kita tidak ingin hadapi di kemudian hari. Ini bisa jadi stimulus untuk memunculkan tindakan prefentif yang bisa dilakukan sedini mungkin bahwa kehidupan setragis Karyamin dan istrinya bisa dicegah melalui banyak hal termasuk salah satunya adalah peran perempuan dalam kehidupan sosial masyarakat.

 

Buku ini bisa didapatkan bebas di toko buku, juga bisa dibaca versi elektroniknya melalui aplikasi iPusnas yang bisa diunduh di PlayStore atau AppStore. Selamat membaca, dan mungkin setelahnya akan memiliki kesimpulan bahwa: aku tak mau tersenyum kalau jadi Karyamin.

Oleh: Nadiya Hasna Amrina, S. Pd

Gambar: Gramedia.com

Komentar