Langsung ke konten utama

ANTARA TAKDIR DAN AMANAH SEORANG PEREMPUAN

 

Setiap orang yang lahir ke dunia ini adalah mereka yang Allah berikan tanggung jawab untuk menjalankan tugasnya. Mereka dipilih langsung oleh Allah. Entah ditakdirkan menjadi laki-laki maupun perempuan, semua memiliki tugas masing-masing. Bukan untuk saling merasa lebih dari kaum yang lain dan menganggap rendah yang lain. Perbedaan dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada aka menjadi satu jalan untuk saling melengkapi. Dengan segala perbedaan itulah setiap individu memiliki tugas yang berbeda-beda.

Dari sini saya mencoba untuk mencari apa sebetulnya tugas yang Allah beri hingga saya Allah percayakan untuk lahir kedunia ini? Mampukah saya mengembanya? Bagaimana kelak jika saya harus menyampaikan pertanggung jawaban di hadapanya-Nya? Bagaimana proses dari mulai diciptakan, kemudian lahir hingga bisa seperti sekarang ini dan bagaimana peran yang mungkin akan saya hadapi atas keterbatasan ilmu, bukan berarti tak bisa merenanakan. Inilah jalanku “Perempuan”.

Saat di dalam rahim dan saat kelahiran Allah memilih diri ini untuk dilahirkan, mampukah amanah ini saya emban? Allah menjelaskan dalam surah Al-Mu’minun ayat 12-14

“Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (Rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami menjadikanya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha suci Allah, pencipta yang paling Baik.”

Saya adalah seorang pemenang dari jutaan air mani yang ada. Sayalah yang terpilih dan diberi kesempatan untuk tumbuh. Saat terlahir sebagai anak perempuan, mampukah diri ini menjadi alasan kemuliaan orang tua atau justru menjadi alasan yang membuat mereka hina? 

Setiap anak lahir tanpa bisa memilih dimana ia dilahirkan, tetapi yang harus kita ketahui adalah dimanapun kita dilahirkan kita memiliki tugas untuk memberikan manfaat kepada lingkungan kita. Setiap anak lahir tanpa bisa memilih siapa yang menjadi orangtuanya, tetapi ia memiliki amanah untuk menjadi bagian dari keluarga ini. Kelak ia akan menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orangtuanya.

Al-Qur’an yang Allah wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai petunjuk hidup begitu lengkap dan tanpa keraguan di dalamnya tertulis jelas perintah yang di tunjukan kepada perempuan, salah satunya adalah menutup aurat.

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka mudah untu dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahza: 59)

Sehingga pada tahap ini anak perempuan mulai belajar untuk menutup aurat. Mengingat tugas kita saat ini adalah membukakan pintu surga untuk sang ayah. Bukan untuk mendekatkan beliau ke neraka. 

Pada tahapan kehidupan seorang perempuan ia akan sampai pada tahap dimana ia dipercaya untuk menapaki sebuah tangga lain dalam kehidupanya, yaitu pernikahan. Sejak ia dilahirkan, menjadi seorang anak, lalu ia akan menikah dan pun akan menjadi orang tua untuk anak-anaknya. Menikah merupakan hal yang di anjurkan Nabi Muhammad Saw, seperti dalam sabdanya:

“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk menikah maka hendaklah ia menkikah. Karena sesunggunhnya pernikahan itu dapat menundukan pandangan mata dari memelihara kemaluan.” (HR. Muttafaqun alaih)

Hadist diatas menunjukan bahwa Islam begitu memuliakan pernikahan sebagai sunah Nabi Muhammad Saw, untuk menundukan pandangan dari yang haram serta memiliki keturunan dengan cara ang baik. 

Seorang perempuan telah Allah Swt., ciptakan dengan luar biasa. Tubuh yang dirasa tidak sekuat laki-laki dalam beberapa hal, justru menjadi tubuh yang siap menjadi awal sebuah kehidupan. Tubuh itu bisa menyesuaikan dengan amanah yang Allah titipkan padanya. Mulai saat hamil, bersalin, hingga menyusui. Ketiga hal ini adalah hal istimewa yang hanya Allah berikan kepada seorang perempuan.

Ketika menjadi seorang anak surga terletak di telapak kaki ibu. Begitulah kiasan yang menggambarkan betapa kita wajib berbakti kepada ibu yang telah bersusah payah mengandung, menyusui dan membesaran kita dengan penuh kasih sayang. Saat berbicara tentang peran perempuan saya ingat pesan Dewi Nur Aisyah (beliau adala doctor muslimah yang pernah menempuh pendidikan di inggris):

Apapun kesibukan seorang perempuan, ada tiga tugas utama yang tidak bisa ditawar, yaitu mar’atus salihah (wanita yang shalihah), zauzah sholihah (istri yang taat), dan yang ketiga adalah mardhiyatun awwalun (pendidikan/sekolah pertama) bagi anak-anaknya.”

Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Saat amanah ini Allah embankan ke pundak kita yakinlah bahwa Allah mempercayakan ini dengan segala alasan yang mungkin tidak kita mengerti. Tapi inilah tugas kita untuk percaya  pada amanah ini dan pastikan kita sudah menyelesaikan tugas semaksimal mungkin yang kita mampu. Karena amanah terbaik adalah amanah yang diselesaikan.

Oleh : Esti Risningsih, S.Sos (Ketua Departemen Ekonomi dan Kewirausahaan PWNA Lampung)

Gambar: Freepik

Editor: Nadiya

Komentar