Langsung ke konten utama

MENDIDIK PEREMPUAN, MEMBANGUN PERADABAN

 


Memang kenapa bila aku perempuan...Aku tak mau jadi budak kebodohan

Lirik lagu yang dinyanyikan oleh Gita Gutawa tersebut menyadarkan bahwa menjadi seorang perempuan tidak layak menempati panggung kebodohan. Kompleksitas kebutuhan perempuan terhadap ilmu, sudah sepatutnya mendorong perempuan memahami bahwa benar perempuan harus tetap belajar dan terus mengisi tangki intelektual dalam dirinya.

Mengutip dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang,  R.A. Kartini menegaskan bahwa pendidikan untuk wanita sangat penting dalam konteks mendukung perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi kalau salah kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, berarti sama saja dengan membodoh lagi. Kutipan tersebut memahamkan perempuan, bahwa peran mereka sangat besar, meski sering diremehkan nantinya hanya akan menjadi ibu rumah tangga, justru peran ibu rumah tangga adalah peran yang sangat membutuhkan kecerdasan dan kecakapan.

Pemaparan di atas yang kemudian mendorong perempuan untuk tetap berpendidikan. Pendidikan bagi seorang perempuan bukan semata karena menandingi lelaki, tapi justru untuk mengambil peran peradaban. Islam sendiri telah membuktikan perhatiannya terhadap pendidikan bagi perempuan. Pun dalam sejarah, sudah banyak perempuan Muslim yang menjadi teladan sosok perempuan cerdas, salah satunya adalah ibunda Aisyiyah, istri Rasulullah. Sejarah membuktikan bahwa Aisyah RA, tokoh Muslim perempuan yang sangat cerdas. Dijuluki Humaira oleh Rasulullah, Aisyah RA memiliki ketajaman analitis dan selalu berpikir kritis. Kontribusi Aisyah RA dalam ilmu hadis pun tidak diragukan.

Sebagai srikandi perempuan muda Muhammadiyah, tentu para shahabiyah harus dijadikan role model dalam setiap nafas gerakan pemudi Muhammadiyah. Mencontoh sosok cerdas Aisyiyah, kader perempuan Muhammadiyah harus terus berpendidikan dengan tujuan merawat peradaban. Melalui jalur pendidikan, perempuan akan mengasah dirinya untuk lebih kompeten dalam bidangnya masing-masing, pun dalam Islam, orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya (al-mujadalah: 11). Kondisi tersebut seharusnya sudah cukup menjadi alasan kepada perempuan untuk terus mendidik dirinya.

Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ilmu dalam Al-Mujadalah ayat 11 tidaklah hanya merujuk pada ilmu agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu yang memberikan manfaat. Juga dengan adanya ilmu mendorong tiap muslim untuk khasyah kepada Allah Swt. Khasyah sendiri memiliki arti rasa takut dan kagum kepada Allah, yang bertujuan untuk mendorong umat muslim untuk senantiasa belajar dan mengamalkan ilmu yang telah ia terima.

Untuk itu, tidak ada pernyataan kenapa perempuan harus berpendidikan. Justru perempuan memiliki urgensi tetap mendidik dirinya, hal ini karena sebagai perempuan memiliki peran strategis dalam merawat peradaban. Tentu, kita tidak pernah berharap generasi masa depan diisi oleh mereka yang tidak memiliki kualitas dan kapasitas. Kita juga tidak ingin kepemimpinan dikendalikan oleh mereka yang tidak berkompeten. Untuk menciptakan generasi berkualitas dan berkompeten, perempuan sebagai sekolah pertama bagi anak perlu lebih dulu meningkatkan kualitas dirinya dan kompetensi, hal ini sebagai bekal merawat generasi. Menyelamatkan generasi artinya menyelamatkan peradaban.

Oleh: Renci (Ketua Departemen Lingkungan PWNA Lampung) 

Gambar: Freepik

Editor: Nadiya

Komentar