Langsung ke konten utama

PEREMPUAN DALAM BINGKAI KEMERDEKAAN

 

Dunia ini diciptakan imbang, ada langit dan bumi, ada bulan dan matahari, ada siang dan malam, juga ada laki-laki dan perempuan. penciptaan semua makhluk atau tatanan yang ada di muka bumi sudah dengan fungsi dan perannya masing-masing, seperti halnya matahari, bersinar ketika siang hari kemudian bulan di malam hari keduanya sama-sama bersinar menurut tempat dan waktunya sesuai dengan takdir dan tujuan penciptaannya, pun sama halnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan tujuan yang sama tapi tentu ada bedanya, secara kasat mata perbedaan mereka sudah tampak apalagi jika dilihat dari sisi biologis, perempuan melahirkan dan menyusui sedangkan laki-laki tidak.

Tapi dalam kehidupan sosial mereka memiliki peran dan fungsi yang sama  atau lebih dikenal dengan istilah keseteraaan gender. Tidak ada perbedaan peran diantara mereka sesuai dengan firman Allah dalam berapa surat dalam Quran, diantaranya ada di Q. S Al Hujurat ayat 13 yang artinya berbunyi:

"Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diatara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. 

Pada ayat tersebut kita ketahui bahwa Allah tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki dalam meraih kemuliaan di sisi-Nya. Adapun di Q.S Az Dzariyat yang artinya:

"Aku tidak menciptkan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku."

Penggunaan kata manusia juga menandakan bahwa Allah tidak membedakan makhluk-Nya melalui perbedaan yang ada. Hukumnya mutlak bagi seluruh manusia, apapun jenis kelamin, suku, atau perbedaan lainnya. Jelas dalam islam laki-laki dan perempuan untuk peran dan fungsi di ranah social tidak ada perbedaan. Perempuan boleh melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki selagi itu tidak dilarang oleh agama seperti berpendidikan tinggi, berkarir, berorganisasi atau hal lainnya yang sekiranya bisa memberikan dampak positif baik untuk agama, diri sendiri ataupun lingkungan sekitar, semua sah-sah saja asal dengan niat untuk beribadah kepada Allah SWT

Di zaman sekarang tentu sudah berbeda dengan zaman dulu, dulu kelahiran perempuan dipersoalkan, dijelaskan dibuku perempuan berkarir surga bahwa hampir di seluruh penjuru dunia  ketika terdengar anak yang dikandung oleh seorang ibu berjenis kelamin perempuan maka gambaran masa depan suram, karena setelah lahir mereka direncanakan untuk dijadikan budak, tidak ada pemberdayaan, diperjualbelikan layaknya barang dagangan bahkan ada yang tidak diiberikan kesempatan untuk hidup, setelah lahir langsung dibunuh dianggap tidak akan membawa keberuntungan. Tapi di zaman sekarang perempuan dipenjuru manapun termasuk Negara yang tidak mengenal agama apalagi islam, perempuan secara de jure sudah merdeka, bisa hidup, bisa berdaya dan bebas untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

Perempuan Merdeka ?

Secara kasat mata, perempuan sekarang bisa dikatakan sama dengan laki-laki sudah merdeka, tapi pada kenyataannya tidak semerdeka yang dilihat, masih banyak perempuan yang terjajah secara psikologis. diantaranya masih ada beban ganda dan budaya patriarki yang mereka alami seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, mereka berkarir diluar tetapi juga dituntut harus selesai dan sempurna dengan pekerjaan domestik, secara umum kebanyakan masyarakat masih menilai bahwa pekerjaaan rumah hanya tugas perempuan tanpa ada bantuan laki-laki, padahal pekerjaan rumah itu juga tanggung jawab laki-laki seperti yang dicontohkan oleh Rasululllah SAW. Dan kemudian penjajahan psikologis berikutnya yang harus perempuan hadapi adalah stereotype masyarakat bahwa masih banyak standar yang harus diikuti oleh perempuan seperti definisi cantik, dimana cenderung definisinya mengarah ke idealan secara fisik, padahaal jika kecantikan itu dinilai secara fisik tentu hal itu tidak adil karena manusia manapun tidak bisa memilih dan memesan bentuk fisik seperti apa yang mereka inginkan, jika masyarakat terus menuntut standar kecantikan seperti  harus tinggi semampai, kulit putih, hidung mancung serta bentuk ideal lainnya maka sama saja masyarakat memenjarakan perempuan dalam jeruji besi ketidak bersyukuran dari apa yang dianugerahkan oleh Tuhan.

Merdeka yang mungkin lebih diharapkan yakni sesuai dengan definisi merdeka itu sendiri yaitu bebas dari segala belenggu (kekangan ) aturan dan kekuasaan dari pihak tertentu, pihak tertentu yang dimaksud adalah pihak yang memberikan dampak negatif. Sejatinya merdeka bagi perempuan adalah didukung, diterima dan diberdayakan agar mereka juga bisa menjalankan peran dan fungsi sesuai dengan tujuan penciptaanya secara optimal, sesuai dengan kalimat yang sering kali terdengar yaitu negara yang baik terlihat dari peradaban perempuan-perempuan yang ada didalamnya serta peradaban yang baik terlahir dari perempuan yang baik. Kesepakatan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalankan  kehidupan social menentukan kemerdekaan bagi mereka tiap-tiap individunya. Semoga dalam semarak kemerdekaan ini kita bisa memaknai bahwa kemerdekaan adalah hak masing-masing individu yang harus diperjuangkan. 

 Oleh : Abi Melin Monitaria

Gambar: Freepik

Editor: Nadiya

Komentar