Langsung ke konten utama

PREVENTIF SEJAK DALAM RUMAH, JADIKAN ORANG TUA TEMPAT NYAMAN BERCERITA

Pagi itu sekitar pukul 11.00 WIB, disebuah ruangan kecil tempat dimana kami sedang berkumpul untuk membicarakan hal yang serius. Satu per satu dari kami ditanya, “Apa yang membuatmu cemas di masa remaja?” ujar Yunda Ratna Widyastuti, M.A., Psikolog. Salah satu senior yang kami jadikan sebagai panutan. Sejenak ruangan menjadi hening. Semua peserta seperti sedang diajak untuk menarik diri menuju kepada kejadian beberapa tahun silam, masa dimana mereka menjalani hari-hari sebagai seorang remaja. Semua tertunduk, mencoba mengingat satu demi satu kejadian, mengumpulkan serpihan-serpihan kenangan, merangkainya menjadi satu cerita yang layak untuk dikisahkan.

Bergiliran, semua mendapat kesempatan untuk berbicara dan bercerita. Tentang bagaimana masa remaja yang mereka jalani kala itu. Ternyata, sesi materi Dinamika Psikologi Remaja kali ini justru menjadi moment bagi para peserta untuk melakukan releksi, tak jarang menjadi moment menumpahkan air mata yang (bisa jadi) selama ini disimpan sendiri.

“Aku mengalami pelecehan seksual, namun aku tidak mampu mengungkapkan” ungkap salah seorang peserta yang lagi-lagi tak mampu membendung air mata, sekuat apapun ia menahan.

“Aku menyaksikan bagaimana keluargaku hancur, dan aku tidak mampu berbuat apa-apa” cerita peserta yang lain, juga diiringi isak tangis.

“Kami harus hidup jauh dari orang tua, tinggal bersama saudara yang ternyata rasanya menyiksa” kisah peserta yang bercerita juga sembari berlinang air mata.

Sebagai orang tua, aku sejenak menghela nafas. Seperti ada bongkahan batu yang menekan di dada, membuat sesak dan mengakibatkan kesulitan bernafas. Ada rasa emosi yang menggelayut di hati. Tiba-tiba aku teringat buah hati kami yang mau tidak mau, suka tidak suka juga akan menjalani masa remaja nantinya. Muncul kekhawatiran tentang bagaimana nanti mereka akan menghabiskan hari-hari sebagai seorang remaja. Menyaksikan betapa beratnya perjalanan yang harus dilalui para peserta dulu sebagai seorang remaja, aku beradzam lirih “semoga kami (orang tua) adalah sebaik-baik tempat untuk mereka bercerita atas apa saja yang mereka hadapi kelak”.

Dalam upaya membangun kedekatan dengan anak, setidak-tidaknya orang tua perlu melalukan beberapa hal berikut :

Meluangkan waktu bersama anak

Sebagai orang tua yang sama-sama bekerja, waktu bersama anak adalah moment yang sangat berharga. Bekerja sejak pagi hingga sore hari, membuat waktu pertemuan bersama dengan anak menjadi sangat singkat serta hanya ada waktu pada malam hari. Maka, membangun kualitas yang baik ditengah keterbatasan waktu menjadi hal yang sejauh ini bisa dilakukan bersama anak. Bercerita tentang kegiatan hari ini, bermain bersama, menonton bersama serta membacakan anak-anak buku. hal-hal tersebut terbukti cukup ampuh untuk membangun bonding dengan anak.

Dengarkan anak saat mereka bercerita

Anak-anak sering kali menceritakan hal remeh-temeh yang ia alami hari itu. Bermain apa dan bermain bersama siapa ia hari itu. Bagi orang dewasa, cerita yang disampaikan adalah hal-hal sepele yang bisa jadi dianggap tidak penting. Namun bagi anak, apa yang ia alami adalah hal luar biasa, yang mana ia ingin orang lain mengetahuinya. Jangan terbiasa mengabaikan hal-hal kecil yang di ceritakan anak, yang membuat kelak mereka tidak mau menceritakan hal besar kepada orang tua.

Bekerjasama dengan anak

Melibatkan anak dalam aktifitas rumah tangga membuat mereka merasa dihargai. Merasa kehadirannya memiliki manfaat bagi orang dewasa. Maka mengajak anak melakukan aktifitas pekerjaan rumah tangga selain melatih keterampila hidup juga dapat semakin membangun kedekatan anak dan orang tua.

Beri mereka pelukan dan sentuhan

Memberikan pelukan dan sentuhan bagi anak akan memberikan banyak dampak positif. Dengan pelukan dan sentuhan mereka akan merasa di pedulikan serta merasa aman berada di dekat orang tuanya. Sehingga anak tidak perlu mencari perlindungan dan perhatian di luar rumah, karena mereka memiliki orang tua sebagai sebaik-baik tempat kembali.

Semua orang tua mengharapkan anaknya akan menjalani setiap fase kehidupan dengan baik, tanpa adanya distraksi atau pengalaman buruk yang berarti. Meskipun, pada praktiknya dalam kehidupan anak-anak pasti akan menemui berbagai masalah. Tugas sebagai orang tua adalah mempersiapkan bekal sebanyak mungkin bagi anak, agar ketika kelak mereka menemui masalah-masalah, mereka telah memiliki keterampilan untuk menyelesaikan. Atau paling tidak mereka memiliki orang tua sebagai tempat kembali.

Oleh: Ani Lidyawati, M. Pd (Ketua Umum PWNA Lampung)

Gambar: Freepik

Editor: Nadiya

Komentar