Langsung ke konten utama

SEKSISME BERITA: MENGULIK PENULISAN JURNALISTIK


Dahulu saya kira, orang-orang yang menulis berita atau surat kabar adalah orang-orang terpelajar yang dapat menyuarakan pembebasan itu sendiri. Keberadaan berita menjadi salah satu sumbangsih memerdekakan suara masyarakat. Posisi berita yang independen dan aktual,  tanpa melihat ras, suku, agama, dan lain sebagianya. Namun dewasa ini, narasi berita yang dimuat dalam media sedikit menciutkan dan mempertanyakan kepenulisan media itu sendiri. Bagaimana tidak? Narasi berita seperti, "Perempuan cantik asal Jombang," "Atlet manis dari Jakarta," dan narasi-narasi berita yang menyudutkan perempuan serta mengudarakan seksisme. Kepenulisan berita seperti ini sedikit banyaknya dimuat pada pelbagai platform


Merujuk pada kamus Oxford, Seksisme adalah perlakuan tidak adil yang merujuk pada gender tertentu, terlebih pada perempuan.Beberapa feminis menganggap, bahwa tindakan seksisme sebenarnya ada yang tidak disadari, bahkan terkadang seksisme dilakukan oleh perempuan sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan begitu banyaknya seksisme terjadi di masyarakat, sehingga kabur pemahaman dan tindak seksisme yang jelas.

Dalam pemberitaan media sosial, berita mengenai perempuan semakin dipersempit dengan narasi yang seolah-olah menyudutkan perempuan. Banyak media yang mengangkat judul mengenai bagaimana perempuan cantik sebagai ladang marketing dan clickbait berita. Pemilihan kata dalam berita justru sengaja dibuat agar 'menarik dan enak dibaca', namun ini menjadi ladang bagaimana seksisme selalu terjadi pada berita mengenai perempuan. Menilik kode etik jurnalistik pasal 8 yang menjelaskan mengenai diskriminasi tentang suku, ras, agama, bahkan jenis kelamin.

Pengunaan kata sifat yang merujuk pada gender seperti cantik, manis, akan lebih diganti dengan kata sifat yang lain dan bersifat general serta umum, seperti; tegas, cerdas, pintar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, keberadaan berita memiliki banyak tugas terhadap kontruksi opini yang terjadi pada masyarakat. Hal ini bagaimana berita dapat memepengaruhi suara dan paradigma di masyarakat luas. Padahal jelas, berita media memiliki peranan besar dalam mengubah serta menggiring opini masyarakat banyak.  

Oleh: Intifada Permata Palestina (Anggota Departemen Kader PWNA Lampung)

Gambar: Freepik

Editor: Nadiya

Referensi:

Carolyn M. Byerly. Sexism in the Media. Wiley online library. 2008.  https://doi.org/10.1002/9781405186407.wbiecs038
Akalili.  Vol 17, No 2 (2021). Women and gender stereotyping in media from the point of view of structuration theory. Journal of Social Studies (JSS).  doi: 10.21831/jss.v17i2. 40326.165-178

Komentar