Langsung ke konten utama

TUESDAY WITH MORRIE: LIFE-CHANGING CLASSES

Tentang Penulis

Mitchell David Albom atau Mitch Albom adalah seorang penulis, jurnalis, filantropis yang berasal dari Amerika.  Karya fiksi dan nonfiksinya secara kolektif telah terjual lebih dari 48 juta kopi dalam 48 bahasa di seluruh dunia. Dia telah menulis delapan buku terlaris nomor satu New York Times — termasuk Tuesdays with Morrie, memoar terlaris sepanjang masa, yang menduduki puncak daftar selama empat tahun berturut-turut. Sejak tahun 2006, ia telah menjalankan sembilan program amal di tenggara Michigan di bawah payung SAY Detroit. Sejak tahun 2010, penulis telah mengoperasikan Have Faith Haiti di Port-au-Prince, sebuah rumah dan sekolah bagi lebih dari 60 anak, yang ia kunjungi setiap bulan tanpa kecuali.

Sinopsis Singkat

Maybe it was a grandparent, a teacher or a colleague. Someone older, patient and wise, who understood you when you were young and impassioned, helped you to see the world as a more profound place and gave you sound advice to guide your way through it. For Mitch Albom, it was Morrie Schwartz, the college professor who had taught him nearly twenty years before.

Perhaps, like Mitch, you lost track of this mentor as the years passed, the insights faded and the world seemed colder. Wouldn't you like to see that person again, to ask the bigger questions that still haunt you and receive wisdom for your busy life the way you once did when you were younger?

Judul Buku     : Tuesdays with Morrie

Penulis            : Mitch Albom

Penerbit          : Sphere

Tahun Terbit   : 1997

Cetakan          : tahun 2017

Ukuran           : 18 x 1.5 x 13 cm

Tebal Buku     : 208 halaman

 -------

Ini adalah buku yang menyentuh dan menyayat hati di saat yang bersamaan. Saya jatuh cinta pada buku ini sejak pertama kali membaca potongan kalimat di dalamnya, “The truth is, once you learn how to die, you learn how to live”. Sepotong kalimat pendek ini membuat saya bertanya-tanya, orang seperti apa yang mampu berbicara seperti ini?

Buku paling laris nomor satu versi New York Times ini mengandung life’s greatest lesson dalam tiap babnya, tanpa terkecuali. Buku ini menceritakan sebuah perjalanan hidup seorang Profesor Sosiologi di Brandeis University yang bernama Morrie Schwatz, yang telah menghabiskan 30 tahun dalam hidupnya untuk mengajar. Morrie memiliki seorang murid yang ia sayangi, Mitch Albom. Saat kelulusan, ketika Mitch memberikan Morrie sebuah monogrammed briefcase, Mitch berjanji untuk tetap dekat dan berkomunikasi dengan Morrie. Namun, ia melanggar janjinya. Mereka tidak pernah bertemu hingga 16 tahun kemudian Mitch mendengar kabar bahwa Morrie mengidap Amyotrophic lateral sclerosis dan dia tahu bahwa dia tidak akan hidup lama.

Pertemuan mereka inilah yang menjadi awal mula lahirnya karya yang sedang saya bahas, sebuah buku yang bisa kita baca serta pelajari hingga saat ini. Morrie menyebut pertemuan-pertemuannya dengan Mitch sebagai sebuah final project yang harus mereka selesaikan, “their last thesis together”, sehingga sebelum kematian Morrie, pada setiap hari Selasa di setiap minggu, mereka bertemu untuk membahas berbagai macam topik. Dunia, kematian, penyesalan, keluarga, uang, pernikahan, emosi, dan banyak hal yang rasanya tidak akan kita diskusikan dengan seseorang yang hampir meninggal.

Mitch mengubah caranya melihat dunia setelah 14 “kelas” di hari Selasa yang ia habiskan dengan profesor favoritnya, Morrie. Bahkan hal ini mempengaruhi hubungannya dengan saudaranya, Peter, yang mengidap kanker pankreas dan menolak bantuan dari keluarganya dalam pengobatan penyakitnya. Morrie mengajarkan cinta dan kasih sayang, keberanian dan keikhlasan.

Sama seperti apa yang Mitch rasakan dan tuangkan dalam buku ini, Morrie mengubah banyak cara pandang siapapun yang mengetahui kisahnya. Beberapa dari mereka bisa kita temukan di halaman awal buku ini. Saya sepakat bahwa buku ini luar biasa dan kita tidak akan pernah berhenti memikirkannya sejak selesai membacanya.

Oleh: Nurlaili Husna
Gambar: Arsip penulis
Editor: Nadiya

Komentar