Langsung ke konten utama

GIAT NORMALISASI DALAM LITERASI

Kegiataan membaca, menulis dan memahami sebuah pembelajaran baik dari buku atau dari seorang guru sudah umum kita lakukan sejak mulai di bangku sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah atas bahkan ada yang sampai jenjang perguruan tinggi. Lazimnya kita membaca buku materi yang diberikan dan menulis apa yang diperintahkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah sesuai dengan zamannya, jarang yang mempunyai niat dan kebiasaan membaca buku atau memahami suatu hal karena keinginan dari diri sendiri. Mungkin ada tapi sedikit sekali, hal ini sesuai dengan peringkat literasi yang diduduki oleh negara kita yaitu ranking 62 dari 70 negara yang dirilis oleh UNESCO pada tahun 2022 lalu.

Apalagi dengan maraknya kanal sosial media yang menyediakan fitur video, baik video pendek atau panjang membuat minat baca masyarakat kita semakin lemah. Mungkin suka baca tapi baca chat atau caption jarang yang suka baca buku. Dari beberapa orang yang pernah saya ajak untuk memulai membaca buku, kebanyakan menolak dengan alasan membaca buku itu membosankan dan membuat mudah ngantuk. Padahal membaca buku adalah sebuah kebutuhan dan gerbang pertama untuk berliterasi sebelum akhirnya menuangkan dalam sebuah tulisan atau karya dengan bentuk lainnya. Parahnya lagi dengan kehadiran short video yang ada di berbagai aplikasi membuat semakin malas bahkan hanya sekedar untuk menonton video panjang, hal ini disadari atau tidak bisa menurunkan daya konsentrasi dan fokus karena otak dengan mudah menyimpulkan informasi tanpa terlebih dulu berpikir dan menganalisis secara matang sebuah studi kasus atau kejadian. Bahkan scroll dan menonton video pendek bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa sadar.

Sebenarnya menonton tidak buruk asal tidak berlebihan dan yang ditonton bermanfaat, tapi walau suka menonton sebaiknya juga tidak meninggalkan membaca buku karena fokus dan daya konsentrasi antara menonton dan membaca itu berbeda khususnya cara visualisasi seseorang terhadap imajinasi.  Jika belum gemar membaca mungkin bisa mengikuti kata duta baca Indonesia Najwa Shihab yakni cari satu buku yang bisa membuat jatuh cinta pada membaca, biasanya setelah itu akan keterusan dan gairah pada baca buku semakin tinggi sehingga bisa ditularkan pada orang lain. Jika kamu sudah suka membaca buku atau kalau pun belum suka membaca tapi ketika melihat orang lain membaca di tempat umum seperti di taman kota, cafe atau ruang public lainnya, sebaiknya jangan mengecap atau melabeli orang tersebut aneh apalagi berekspektasi bahwa orang itu pintar. Hal ini mungkin dia lakukan karena dia sedang ingin belajar atau sekadar mengisi waktu luang ataupun untuk mengurangi screen time. Menurut Senja Rindiani salah satu konten creator yang bergerak dibidang self improvement hal ini harus kita normalisasi, selayaknya ketika melihat orang lain ketika scroll media sosial.

Adapun jika kamu adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan atau wewenang baik diruang lingkup kecil atau besar seperti di sebuah kelompok atau organisasi baiknya membuat sistem atau peraturan bahwa anggotanya wajib membaca buku dan setelah itu follow up dengan ajakan untuk menulis dan berdiskusi agar apa yang dibaca tidak hilang dan apa yang dipikirkan tidak melayang. Dan apabila punya kekuatan lebih seperti misalnya menjadi wakil rakyat maka sebaiknya aspirasikan buatlah peraturan wajib dari atas bahwa masyarakat kita wajib membaca buku mungkin bisa dimulai dari jenjang sekolah agar kebiasaan dan kegemaran membaca buku sudah mulai tumbuh sedari mereka kecil sehingga ketika dewasa tidak ada alasan untuk kenapa tidak suka membaca buku. Sebenarnya  payung diatas lebih mujabarab menahan hujan daripada payung dibawah ini adalah sebuah analogi bahwa kadang dengan peraturan yang dipaksa sesuatu itu bisa terlaksana. Di era sekarang ini sudah banyak normalisasi kegiatan membaca buku  di ruang publik seperti yang dilakukan oleh komunitas Jakarta Book Party tentu hal ini sudah sangat baik tapi ini gerakan dari bawah keatas maka diperlukan juga gerakan dari atas kebawah agar normalisasi kegiatasan berliterasi yang dimulai dari membaca buku bisa efektif dan efisien dilakukan sehingga negara kita bisa menjadi negara yang lebih baik lagi.

Oleh : Abi Melin Monitaria

Editor: Nadiya

Gambar: Freepik

Komentar