Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

KESADARAN DIRI DAN KONTRIBUSI UNTUK IBU BUMI

  Dalam rangka perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di tanggal 5 Juni kemarin, penulis mengajak untuk mengingat bahwa bumi tempat kita berpijak sudah hadir dan hidup selama puluhan juta tahun lamanya. Ilmuwan telah memperkirakan Bumi berumur 4,54 miliar tahun atau kurang lebih 50 juta tahun ( Detik ). Karena itu, alih-alih menjadikan Hari Lingkungan Hidup sebagai perayaan, justru sebaliknya, ini harus menjadi momen berkesadaran bahwa usia bumi sudah setua itu. Menurut laporan Global Temperature ( Climate Council ) di tahun 2023, suhu bumi dalam sepuluh tahun terakhir merupakan yang 'terhangat' sepanjang sejarah.   Akibatnya yang mungkin sudah mulai dirasakan oleh banyak dari kita salah satunya adalah suhu yang terasa lebih panas dari sebelumnya dan iklim yang pergantiannya makin tidak bisa diprediksi. Berdasarkan laman resmi BMKG , sepanjang periode pengamatan tahun 1981 hingga 2023 di Indonesia, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C. Tahun 2

YANG DISEMBUNYIKAN OLEH ANAK PINTAR

  Beberapa pekan terakhir, timeline aplikasi X saya ramai dengan munculnya tweet tentang deretan mahasiswa yang diproyeksikan mengikuti program Clash of Champions. Program ini diadaptasi dari program TV asal Korea Selatan yang pernah booming di Indonesia, yaitu University War. Bagaimana tidak booming , Clash of Champions adalah program yang mempertemukan banyak mahasiswa dari berbagai universitas untuk tanding kompetisi satu sama lain dalam uji kecerdasan dan ketangkasan.   Booming -nya tweet itu dikarenakan banyak netizen memuji dan bangga pada keseluruhan kandidat mahasiswa yang bakal menjadi kontestan di acara tersebut. Tidak sedikit pula netizen yang mengungkapkan ciut, iri, atau merasa jadi manusia bodoh. Bisa dikatakan, seluruh kontestan adalah mahasiswa cerdas, pintar di atas rata-rata, dan tidak berperi-kemahasiswa-an. Ada yang bertanya-tanya bagaimana bisa seorang mahasiswa Teknik Sipil ITB mendapat IPK 4.0, nilai sempurna! Hampir sangat jarang ada mahasiswa di jurusan teknik

TOXIC POSITIVITY: CURHAT BUKAN TANDINGAN

Lu sih masih mending, nah gue? Gak bersyukur banget sih jadi orang Yaudah jangan nangis, banyak yang lebih menderita dari lu Yuk ah jangan lemah, gitu doang. Kayak gue dong kuat   Pernah nggak sih berhadapan dengan respon seperti di atas? Situasi tersebut bisa jadi terjadi ketika sedang curhat ke orang yang kita percaya (baik keluarga, pasangan, sahabat, dll). Yang awalnya mau cerita karena ingin berbagi tentang apa yang sedang dirasakan, dan mencoba mengungkapkan kalau Aku lagi sedih dan dan butuh kehadiranmu nih, eh malah tertahan sebab dipaksa berpositif terus-menerus. Akhirnya, bukan menjadi lega tapi malah jadi mikir Aku emang lemah dan kurang bersyukur . Membuat semakin jatuh mental kita.   Terkadang, nggak semua orang yang curhat ke kita itu membutuhkan solusi atau nasihat. Mereka hanya butuh telinga yang mendengarkan dan orang yang ikut merasakan apa yang dirasakan oleh hati. Selain itu, mereka juga butuh sosok yang mereka bisa percaya untuk mendengarkan dan merasakan apa yan

MENERAPKAN KESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA

Hai, yunda pembaca setia Lemantun!   Kalau membahas persoalan Perempuan pasti tidak bisa lepas dengan anak dan keluarga. Ternyata begitu besar kekuatan relasi diantaranya. Di Indonesia pembahasan mengenai kesetaraan gender saat ini masih menepati posisi yang hangat untuk selalu dibahas. Kenapa demikian? Karena nyatanya kesetaraan gender masih harus terus kita sosialisasikan, kampanyekan dan banyak-banyak mengedukasi masyarakat luas khususnya dalam hal ini penulis mengajak pembaca untuk dapat mengkampanyekan secara bersama dan terus menerus sampai tercapainya keluarga-keluarga yang sehat. Berbicara mengenai keluarga yang sehat ini berdampak besar terhadap generasi emas anak kita kelak. Bagaimana nilai-nilai yang diterapkan di ajarkan kepada anak-anak akan mempengaruhi sikap dan pemikirannya di masa depan.   Mengapa menjadi penting nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat dasar. Konsep-konsep keseta

BAHU MEMBAHU KURANGI SAMPAH PLASTIK

  Frekuensi kita berbelanja tentu sangat sering. Dari membeli produk primer, sekunder sampai tersier. Lalu, dari apa yang kita beli pasti tidak sedikit kemasan yang digunakan berbahan plastik. Gorengan yang kita makan diwadahi plastik, wadah kosmetik juga plastik, sampai membeli kendaraan bermotor pun ada plastiknya. Hampir semua barang yang dikonsumsi memakai plastik. Padahal, bahan plastik tidak baik untuk lingkungan. Buruknya lagi ada beberapa produk yang dibeli memakai bahan plastik sekali pakai seperti produk kemasan air minum, produk bungkus makanan yang setelahnya tidak bisa dipakai kembali dan kerap kali berujung menjadi sampah.   Sering sekali rasanya melihat sampah plastik berserakan, entah itu di sekeliling perumahan, jalanan, perkebunan, tempat umum bahkan sampai dengan sungai yang sudah menjadi lautan sampah yang didominasi oleh sampah plastik. Hal ini bukanlah sebuah pemandangan indah yang patut dibanggakan karena dengan banyaknya sampah plastik ini berpengaruh terhadap k

PERAN KELUARGA DALAM KEBERHASILAN PENDIDIKAN

Aspek yang tidak kalah penting dalam pendidikan adalah peran keluarga. Sebab keluarga sebagai lini paling kecil dalam kehidupan anak telah lebih dulu memberikan pengajaran dan penanaman karakter kepada anak jauh sebelum anak-anak mengenyam pendidikan formal. Keluarga termasuk pendidik pertama yang secara langsung menyampaikan materi-materi kepada seorang anak.   Indra Dwi Prasetyo selaku Direktur di Pijar  Foundation serta Co-Chair Y20 Indonesia 2022 memaparkan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, termasuk dalam hal pendidikan. Hal ini selaras dengan adagium yang kerap kita dengar, pendidikan justru pertama kali terjadi di kamar tidur anak, bukan di ruang kelas.   Pentingnya peran keluarga dalam pendidikan seharusnya menyadarkan kita bahwa pendidikan tidak hanya dipusatkan pada ruang-ruang kelas dan lingkungan sekolah, melainkan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah juga perlu selaras diajarkan di rumah maupun lingkungan sekitar peserta didik. Sebagaimana

KECIL TAPI CEKATAN: ANAK SEBAGAI PENIRU ULUNG

  Perkembangan anak merupakan aspek penting yang mencakup pertumbuhan fisik, kognitif, emosional dan sosial. Penelitian dalam bidang ini membantu dan memahami bagaimana anak-anak berkembang dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain genetik dan biologis, lingkungan keluarga, pengaruh teknologi, pendidikan sekolah, pengaruh teman sebaya, media dan budaya, faktor ekonomi dan kebijakan publik & komunitas.   Perkembangan yang terjadi pada anak sangatlah pesat sehingga orang tua perlu mengambil kesempatan emas ini untuk terus mengoptimalkan perkembang yang terus berlangsung. Perkembangan anak yang kompleks ini secara umum meliputi : pertumbuhan dan perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan emosional & sosial anak.   Perkembangan emosional dan sosial anak erat kaitannya dengan perkembangan perilaku anak. Lalu bagaimanakah anak mempelajari suatu perilaku yang kemudian ia lakukan dalam kehidupa

MERASA KECIL DI TUBUH YANG BESAR

  Di era digital, media sosial memainkan peran besar dalam membentuk persepsi diri. Gambar-gambar yang diedit dan kisah-kisah sukses yang dipublikasikan, tekanan untuk memenuhi standar kecantikan, kesuksesan dan kehidupan sosial yang tinggi dapat memicu rasa kurang percaya diri seseorang.   Perasaan insecure , atau tidak aman adalah pengalaman umum yang sering dirasakan oleh banyak individu di berbagai tahapan kehidupan. Insecure bisa muncul dari berbagai sumber, termasuk pengalaman masa lalu, tekanan sosial, ataupun perbandingan dengan orang lain. Meskipun sering dianggap sebagai masalah individu, insecure memiliki implikasi yang lebih luas pada kesehatan mental dan kesejahteraan social.   Ketidak percayaan diri sering kali berdampak negatif pada hubungan interpersonal. Ketidak percayaan pada diri sendiri bisa membuat seseorang sulit untuk percaya pada orang lain, yang pada akhirnya merusak hubungan. Selain itu, ketika kita merasa tidak percaya diri kita akan lebih cenderung terlalu b