Frekuensi kita berbelanja tentu sangat sering. Dari membeli
produk primer, sekunder sampai tersier. Lalu, dari apa yang kita beli pasti tidak
sedikit kemasan yang digunakan berbahan plastik. Gorengan yang kita makan diwadahi plastik, wadah kosmetik juga plastik, sampai
membeli kendaraan bermotor pun ada plastiknya. Hampir semua barang yang dikonsumsi memakai
plastik. Padahal, bahan plastik tidak baik untuk lingkungan. Buruknya lagi ada
beberapa produk yang dibeli memakai bahan plastik sekali pakai seperti produk kemasan air minum, produk bungkus makanan yang setelahnya tidak
bisa dipakai kembali dan kerap kali berujung menjadi sampah.
Sering sekali rasanya melihat sampah plastik berserakan, entah itu
di sekeliling perumahan, jalanan, perkebunan, tempat umum bahkan sampai dengan
sungai yang sudah menjadi lautan sampah yang didominasi oleh sampah plastik.
Hal ini bukanlah sebuah pemandangan indah yang patut dibanggakan karena dengan
banyaknya sampah plastik ini berpengaruh terhadap kesehatan, apalagi jika
jumlahnya sudah banyak bisa menimbulkan bau tidak sedap dan bisa jadi sarang
berbagai penyakit karena kotor. Siapa saja yang dekat dengan sampah pasti akan
terganggu apalagi sampah plastik terurainya sangat lama.
Dilansir dari human intiative.com sampah plastik paling cepat bisa
terurai selama10-20 tahun ke depan, ini untuk yang jenisnya kantong plastik. Sedangkan untuk botol plastik, waktu urainya 50-80 tahun, dan stirofoam
sterofoam sama sekali tidak dapat terurai. Sangat amat lama bukan? Bayangkan jika anda
makan gorengan yang diwadahi kantong plastik, maka anda mewariskan sampahnya
untuk anak cucu di kemudain hari. Ini tentu bukan warisan yang diinginkan.
Apabila ada 270 juta penduduk di Indonesia yang menggunakan satu kantong plastik
setiap harinya maka bisa dikalkulasikan sudah berapa ton sampah yang menumpuk. Menurut Novrizal dalam unggahan di kompas.com bahwa sepanjang tahun 2022 ada 69 juta ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia, dimana 18.2 persen atau 12.5 juta ton adalah sampah plastic, jumlahnya naik secara eksponensial sejak 1995.
Lalu apa yang bisa dilakukan? Ada 2 caranya: mencegah dan mengatasi. Untuk mencegah, dapat dilakukan dengan cara mengurangi sampah plastik sekali pakai seperti yang banyak digaungkan oleh selebgram yang peduli lingkungan yakni apabila membeli bahan makanan mengggunakan tas belanja yang bisa dipakai berkali-kali begitu juga dengan wadah minuman, minimal jika belum bisa mengganti produk plastik sekali pakai secara total bisa dilakukan dengan cara mengurangi atau meminimalisir karena untuk membentuk kebiasaan yang baru bukan hal yang mudah tapi juga tidak sulit. Kemudian untuk mengatasinya bisa dengan cara memilah dan memisah sampah yang bisa di daur ulang dan sampah yang bisa terurai kembali secara alami atau hal apapun itu yang menurutmu bisa meminimalisir produksi sampah plastic. Sederhana tapi tidak semua mau dan bisa melakukan hal ini.
Sudah ada beberapa contoh yang dilakukan untuk mengatasi penumpukan sampah plastik ini, seperti yang dilakukan oleh pemerintah di provinsi Bali, dimana ada kebijakan apabila masyarakat belanja di supermarket atau minimarket tidak diberikan kantong plastik sekalipun tidak membawa tas belanja maka konsumen tersebut dibiarkan membawa belanjaanya dengan tangan sendiri kecuali mau membeli tas belanja, kuncinya buat aturan dan disiplin menjalankannya. Hal ini tentu perlu dicontoh oleh provinsi-provinsi lainnya agar gerakan bahu-membahu mengurangi sampah plastic ini bisa masif dilaksanakan. Sebagai masyarakatpun kita harus mulai mendukung kebijakan yang ada jika belum adapun, berinisiatif sendiri untuk menguranginya, kita harus mencontoh gerakan pemuda yang viral di media social yang sangat peduli terhadap kebersihan yaitu Pandawara, yang rela menelusuri dinginnya sungai demi membersihkan sampah, kita juga bisa menjadi pahlawan seperti mereka walau dengan cara yang berbeda yang paling ringan untuk kita lakukan. Harus ada kerja sama yang baik antara pemangku kebijakan dan pelakasana kebijakan agar usaha yang dilakukan untuk membersihkan sampah plastik bisa terlaksana dengan baik. Bahu membahu satu sama lain.
Oleh
: Abi Melin Monitaria
Editor: Nadiya
Gambar:
Komentar
Posting Komentar