Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

GEN-Z, GENERASI YANG DIREMEHKAN ATAU KEKUATAN MASA DEPAN?

  Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, sering kali menghadapi stereotip dan kritik dari generasi sebelumnya. Mereka dianggap malas, kurang fokus, dan terlalu bergantung pada teknologi. Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan-alasan di balik pandangan ini, menganalisisnya dari perspektif psikologi, dunia kerja, dan teknologi, serta menawarkan solusi untuk membangun pemahaman yang lebih baik antar generasi. Dari perspektif psikologi, stereotip negatif terhadap Gen-Z sering kali berakar pada fenomena yang dikenal sebagai "generation gap." Perbedaan nilai, budaya, dan kebiasaan antara generasi dapat menyebabkan ketidakpahaman dan penilaian yang tidak adil. Gen-Z tumbuh dalam era digital, di mana teknologi memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Generasi sebelumnya, yang mungkin tidak mengalami perubahan teknologi secepat ini, sering kali melihat ketergantungan pada teknologi sebagai kelemahan. Selain itu, Gen-Z sering kali dianggap memili

PENTINGNYA PERAN AYAH DAN UPAYA MENGATASI FENOMENA FATHERLESS

  Baru-baru ini sosial media dipenuhi dengan kabar duka meninggalnya Papa Dali. Bagi sebagian orang, beliau mungkin masih asing, tetapi tidak sedikit yang kenal dengan suami Jeniffer Coppen tersebut. Sosok alm. Papa Dali banyak diperbincangkan lantaran perannya sebagai suami dianggap jarang ditemui pada kebanyakan laki-laki di Indonesia. Menggendong, ikut serta menidurkan anak, menemani anaknya bermain, mengajari berenang, dan mendampingi aktivitas anaknya. Bahkan yang menyita perhatian adalah ketika ia membuat MPASI sembari menggendong anaknya. Bagi laki-laki dengan pola pikir patriarki, itu adalah hal aneh yang tidak sepatutnya dilakukan. Pasalnya, masyarakat kita masih berpikir bahwa laki-laki tugasnya mencari nafkah, urusan anak dan rumah dikembalikan pada perempuan. Apa yang dilakukan oleh Alm. Papa Dali kepada anak perempuannya tidak sepantasnya menjadi hal aneh, justru itu perlu menjadi contoh bagi seluruh ayah. Sebab, tuntunan Islam terkait relasi selalu menyasar pada dua pihak

MENEMUKAN KEMBALI DIRI SENDIRI DENGAN BERLARI

Tulisan ini sifatnya lebih kepada cerita pengalamanku pribadi yang akhirnya menemukan kembali diri sendiri lewat berlari. Menurut KBBI, lari adalah melangkah dengan kecepatan tinggi. Ada berbagai jenis lari yang kita ketahui dan kita pelajari, diantaranya; lari jarak pendek atau sprint , lari jarak menengah, dan lari jarak jauh. Kisah penemuan kembali diri sendiri ini berawal ketika aku yang mulai menyadari bahwa dalam keseharianku, aku jarang sekali melakukan olahraga. Aktivitas sehari-hari yang jarang sekali terpapar matahari, ditambah pekerjaan di dalam ruangan full AC dan di depan layar komputer membuat tubuh terasa sangat mudah lelah. Ini tentu juga berakibat pada pikiran yang mudah stres. Tidak jarang juga ada masa di saat kita merasa bahwa hidup terasa sangat berat dan berantakan, padahal ternyata mungkin jawabannya adalah karena kita hanya kurang olahraga. Ketika berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang fungsinya dapat mengurangi rasa nyeri dan memberikan ene